The Golden Blade
 adalah sebuah katana berbahan dasar emas murni yang diambil dari salah satu tambang Emas kuno di Jepang, material yang digunakan memiliki tingkat kerapatan logam yang tinggi sehingga ketajaman dari katana tersebut sangatlah dahsyat.

Berawal dari seorang pandai besi bernama Hanashimi Musashi yang dikenal akan keahliannya dalam membuat peralatan perang. Ia kerap kali diberi permintaan khusus dari kerajaan untuk membuat pedang dan baju zirah untuk para Samurai. Suatu saat ia sedang berjalan bersama kudanya menyusuri jalan desa dan menemukan tapak menuju sebuah tambang kuno, tambang tersebut ternyata terbengkalai dan tidak lagi berfungsi sebagai penghasil emas sejak lama. Penasaran, ia kemudian melangkah mendekati satu persatu perkakas-perkakas berkarat yang tertingal di sekitar tambang. Didapatinya sebuah beliung, palu, dan sebongkah batu yang nampak belum selesai dibongkar dengan biji-biji batu yang mengkilap. Rasa penasarannya membuat ia terpaksa membawa pulang batu temuannya untuk diteliti lebih lanjut. 

Sesampainya di rumah, ia menurunkan bongkahan tersebut dari kudanya dan berjalan menuju gudang, dengan peralatan besi yang dimilikinya, tentu bukanlah hal yang sulit untuk Musashi untuk membongkar batuan tersebut. Dihancurkanlah bagian luar bongkahan tersebut,  kaget bukan kepalang. Biji-biji batuan yang sebelumnya ia lihat ternyata tidaklah kecil, namun berukuran besar.  Lantas terpikir dibenaknya, untuk membuat sesuatu yang baru untuk menaikkan harga jual pedangnya di pasaran, terlebih apabila suatu saat kaisar kerajaan berminat untuk membelinya sebagai koleksi barang istana.

Dileburlah biji-bijian tersebut untuk kemudian dicetak sebagai katana. Setelah melewati proses penempaan, pengasahan, dan pengeringan katana tersebut berhasil diproduksi. Dengan tampilan elegan dan mata pisau yang tajam, Musashi yakin dapat menarik minat pengunjung untuk membelinya dengan harga mahal. Terlebih, efek mengkilap dari material emas yang dileburnya menambah efek mewah kepada pengguna katana. Diletakanlah pedang-pedang tersebut di sebuah meja untuk dipajang sebagai barang jual.

Beberapa hari kemudian, seorang panglima perang dari kerajaan yang tidak diketahui namanya datang untuk membeli beberapa baju zirah berlapis baja. Tak ayal, matanya langsung tertuju pada sebuah meja dimana pedang-pedang berlapis emas dipajang diatasnya. Tanpa berpikir panjang, ia terpesona dan melakukan tawar menawar kepada Musashi. Setelah melewati proses tawar menawar, terjual dua buah pedang berlapis emas, pedang-pedang tersebut ia gunakan untuk keperluan pribadinya dalam berlatih.

Sesampainya di rumah, tentu sang panglima merasa penasaran untuk mencoba seperti apa kemampuan pedang yang baru saja ia beli. Tak disangka, walaupun terlihat sebagai benda pajangan namun katana tersebut dapat digunakan sebagaimana katana perang lainnya. Hari demi hari berlalu dengan katana emas yang ia gunakan sebagai sarana berlatih di halaman belakang rumahnya.

Hingga suatu hari datanglah konflik dari kerajaan lain, yang membuatnya menjadi pemimpin jalannya perang dan mengawali pasukan paling depan sebagai seorang panglima. Peperangan berlangsung selama 2 hari tanpa henti, lamanya masa peperangan membuat pasukan musuh kelelahan dalam membawa persediaan persenjataan. Dikalahkanlah pasukan musuh dengan dibunuhnya para ksatria pasukan musuh dengan pedang emas yang dimiliki sang panglima dibantu dengan pasukannya.

Beberapa hari berlalu, panglima tersebut berniat untuk mempratktikan beberapa gerakan terbarunya, namun tiba-tiba suara hantaman meriam dengan keras muncul. Suara lonceng terdengar dan genta istana dibunyikan untuk menandakan bahwa wilayah kerajaan sedang dalam bahaya. Sang panglima berpikir bahwa kerajaan lain mungkin kembali untuk menyerang kerajaannya, dibawalah pedang emas beserta keluarganya ke kerajaan untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. 

Kaget dan bingung, panglima melihat kerajan tempat ia mengabdi telah hancur setengahnya. Pasukan-pasukan yang ia latih hilang begitu saja, hingga akhirnya ia sadari bahwa pasukannya telah ditelan tanah akibat retakan-retakan misterius yang muncul di wilayah kerajaan. Kaisar yang seharusnya telah dikawal ke tempat aman ternyata hilang entah kemana, tidak terlihat satupun rombongan kerajaan yang berjalan membuat barisan taktik untuk keluar dari kerajaan. Dengan kondisi bingung dan paniik, sang panglima jelas tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya.

Namun tanpa ia sadari, istri dan anaknya pun lenyap ditelan tanah setelah ia membawanya ke tempat biasanya mereka tinggali untuk berlindung didalam kerajaan. Nihil, usahanya untuk mengetahui apa yang terjadi pun tidak menghasilkan apapun. Hanya rasa takut dan panik yang muncul dibenaknya saat itu, melihat kerajaan dan desa yang ia tinggali hancur akibat dentuman hanya dalam hitungan menit.

Panglima tersebut kemudian diam tak bergerak, mengeras dan akhirnya menjadi patung. Setelah pasukan berkuda dari kerajaan lain menemukan kerajaan bebuyutannya telah hancur, dilakukanlah investigasi untuk mengetahui siapa dalang dari penghancuran ini. Investigasi tersebut dilakukan untuk mengetahui penyebab dan pelaku penghancuran, dengan harapan kerajaan yang menyerangnya dapat dijadikan negara sahabat karena telah melenyapkan kerajaan bebuyutan. 

Ditemukannya panglima dalam keadaan mematung di dalam benteng kerajaan, membuat tim investigasi ragu bahwa ini adalah bentuk penyerangan dari kerajaan-kerajaan lain. Terlebih tidak ditemukan satupun mayat manusia diseluruh penjuru desa terkecuali jasad sang panglima. 

Berbulan-bulan setelahnya, ditemukanlah sebuah tambang emas yang sebelumnya ditemui oleh Musashi untuk diambil bongkahan batunya. Ditemukan pula sebuah gulungan terikat yang tersimpan jauh di dalam tambang, gulungan tersebut nampak usang dan kotor dengan tulisan-tulisan kanji diatasnya. Disana tertulis, " Terkutuklah para penguasa (raja), yang telah mengambil bumi kami untuk dijadikan sumber kekayaan mereka, karena kesombongan mereka, keangkuhan mereka, dan ulahnya yang membuat tumpah darah diantara kami, maka kami tidak lagi berada dibawahnya (kepemimpinannya). Kami sumbangkan rusuk dan belulang kami untuk menjaga tambang ini, agar tidak ada lagi pembunuhan akibat sebongkah emas yang mereka sombongkan".