Pada tahun 1982, sebanyak 4 orang astronot Amerika Serikat diterbangkan ke luar angkasa untuk melakukan misi pengamatan pada sabuk kuiper. Penerbangan tersebut dilakukan dengan roket Delta VI melalui lapangan penerbangan NASA di Cape Canaveral, Florida pada malam hari. Empat astronot tersebut dikirim untuk menjalani masa dinas selama 30 hari di luar angkasa untuk kemudian dipulangkan dengan membawa lembar laporan.

James, salah seorang dari keempat astronot tersebut merupakan seorang pemimpin dalam eksplorasi kali ini. Ia mengatur penugasan tiap personel dan memastikan bahwa seluruh awak stasiun dalam keadaan aman. Tiga astronot lainnya bernama Edward, Frank, dan Grissham. Mereka disatukan dalam tim eksplorasi dengan latar belakang kehidupan yang berbeda. James, Edward, dan Grissham merupakan ahli astronomi, sedangkan Frank merupakan mantan pilot penerbang Angkatan Udara AS yang dipindahtugaskan dengan keahliannya mengemudikan pesawat berkecepatan tinggi. Mereka menetap di pesawat luar angkasa Pentagonal Course milik Amerika Serikat bersama dengan awak lainnya, sebelum akhirnya dipisahkan dengan pesawat ulang alik untuk melakukan misi utamanya dan meninggalkan Pentagonal Course.

Minggu pertama masa dinas sangat mengesankan bagi mereka, canda tawa dan perasaan riang berbaur dalam setiap kegiatan. Berharap ketika dipulangkan nanti mereka dapat diberi penghargaan dan dipuji sebagai pahlawan ilmu pengetahuan. Masing-masing dari mereka memiliki tugas yang berbeda-beda, mereka kerap berpisah untuk melakukan tugasnya di berbagai tempat. Hal ini membuat mereka sibuk dengan keperluan dan pekerjaannya masing-masing.

Suatu pagi, ketika matahari menyambut sebagian penduduk bumi. NASA menerima peringatan sistem akan adanya badai bebatuan mikro yang akan menghalangi perjalanan mereka ke titik terdekat yang bisa dicapai manusia untuk mengamati sabuk kuiper. James dan tiga orang rekannya berdiskusi untuk memutuskan apakah mereka dapat melanjutkan perjalanan dengan resiko berat. Setelah diputuskan, para astronot meminta untuk melakukan penundaan perjalanan selama beberapa jam namun tidak diterima oleh NASA. Setelah diperhitungkan, NASA kembali memastikan bahwa mereka akan aman selama perjalanan dan berdalih bahwa kejadian badai seperti ini memang sering terjadi bagi pesawat ulang alik. 

Badai tersebut diperkirakan tidak begitu ganas dan bebatuan yang akan mereka jumpai berukuran cukup kerdil. Setelah menerima penjelasan tersebut, James selaku pemimpin eksplorasi akhirnya menyetujui untuk melanjutkan perjalanan. Frank, yang merupakan seorang "pilot" utama pada pesawat tersebut mengatakan bahwa ia ragu untuk bisa mengendalikan posisi pesawat saat menerjang badai bebatuan. James mengangguk dan mengatakan bahwa ia memiliki perasaan yang sama, ketakutan seperti ini baru pertama ia rasakan sepanjang karirnya sebagai pakar astronomi. Tetapi perjalanan harus tetap dilanjutkan sebagaimana yang diinstruksikan oleh pengendali pusat.

Dua jam perjalanan mengantar mereka ke badai bebatuan tersebut, begitu banyak batuan angkasa yang terbang tak berarah dan saling menabrak satu sama lain. Mereka kemudian membuat laporan ke pengendali pusat untuk memastikan sekali lagi apakah mereka bisa melewatinya dengan aman. Ternyata mereka justru mendapat perintah untuk tetap melanjutkan perjalanan. 

Edward bergurau apakah mereka harus melakukan manuver untuk kembali ke bantal empuk rumahnya. Tak lama kemudian, gurauan tersebut dibalas dengan terhantamnya badan pesawat dengan batu-batu kerdil. Batuan tersebut terus menghantam badan pesawat dan membuat keempat astronot merasa cemas. Grissham dan James berusaha untuk memastikan bahwa hantaman tersebut tidak merusak badan pesawat, mereka berjalan mengelilingi koridor pesawat untuk mengecek apakah terdapat kebocoran atau lubang pada dinding yang dapat membahayakan perjalanan mereka. Setelah diperiksa, seluruh geladak dipastikan aman dari terjangan bebatuan. Grissham berjalan untuk mengecek dek belakang namun James menyuruhnya untuk berbalik karena ia tak akan bisa sampai kesana, dek tersebut hanya berisi mesin dan tabung pelumas untuk ekor pesawat. Sementara Frank berusaha sekuat tenaga agar pesawat tidak keluar dari jalur yang ditentukan.

Kecemasan tersebut terbayar dengan keberhasilan mereka dengan melewati badai bebatuan. Semua kembali normal dan pesawat bisa dikembalikan ke mode autopilot. Frank dan James memutuskan untuk beristirahat lebih dahulu setelah kelelahan menghadapi badai. Edward dan Grissham menggantikan posisi mereka untuk sementara. 

Empat jam berlalu, Edward dan Grissham sibuk mendiskusikan tentang pengamatannya sementara dua lainnya masih tertidur pulas. Berulang kali Edward dan Grissham menguap dan tertidur, namun suara kokpit membuat mereka tetap terjaga. James kemudian terbangun karena mendengar suara deru mesin yang tak biasa, ia berdiri dan berjalan menuju kokpit untuk menanyakan sejauh mana mereka berjalan. Grissham menjawabnya dengan lantang, mengatakan bahwa pengamatannya akan segera dimulai dan mereka akan kembali pulang dalam beberapa hari kedepan. Mereka bertukar pikiran selama beberapa jam di kokpit.

James kembali ke geladak personel dan melihat Frank masih mendengkur, menyadari rekannya masih butuh istirahat. James berjalan ke koridor untuk bersandar pada dinding dan melihat pemandangan di luar. Dalam kecepatan yang cenderung lambat, James bingung dengan terlihatnya sampah-sampah angkasa di titik terjauh bumi. Perlahan ia menyadari, bahwa serpihan tersebut tampak seperti potongan besi. "Apakah ini adalah pondasi kerajaan Alien?" terbesit dipikiran James sambil tertawa. James kemudian memanggil Edward dan Grissham untuk melihat apa yang ia saksikan. 

Secara bersamaan, tanpa berkata apapun. Menyadari bahwa potongan tersebut adalah salah satu bagian dari kerangka pesawat mereka, dengan sigap mereka segera menuju ruang kokpit, Edward melaporkan kejadian tersebut kepada pusat, James mengambil alih kendali pesawat, dan Grissham berjalan mengelilingi pesawat untuk mengetahui bagian yang mengalami kerusakan. Pergerakan pesawat dihentikan sementara untuk memastikan apa yang terjadi, namun Grissham tak menemukan satupun bagian pesawat yang rusak dan sistem tidak mendeteksi adanya ancaman keselamatan pada pesawat. 

James, yang beberapa saat sebelumnya sempat mengitari koridor pesawat saat badai bebatuan menerjang, tersadar bahwa ada satu tempat yang belum mereka periksa, yakni dek belakang. Bagian tersebut tidak bisa dilihat dari kaca pesawat karena bagian tersebut menjadi titik buta para astronot dari arah depan karena bagian belakang pesawat dibuat meruncing. Terburu-buru dalam panik, mereka bertiga berlari menuju dek belakang dan membuka pintu. Tak disangka, seperempat dinding dek belakang telah terkelupas dari badan pesawat. Ternyata selama empat jam terakhir, pesawat mereka mengalami kerusakan parah dibagian belakang. Sistem komputer tidak mendeteksi adanya bahaya karena katup darurat juga terputus dan ikut terkelupas bersama dinding-dinding lainnya.

Hanya beberapa detik mereka membuka pintu, udara yang ada didalam pesawat terhisap dengan kuat. James yang saat itu berada di depan Edward dan Grissham turut terhisap, Edward dan Grissham yang panik segera menutup pintu tersebut dan berpegangan erat satu sama lain. Tak terpikirkan dibenaknya apa yang akan terjadi pada James diluar sana, saat mereka melihat di kaca. James sudah tak sadarkan diri di luar pesawat dengan keadaan membeku. Mereka pikir mereka selamat, baru saja Edward dan Grissham beranjak dari pintu dek menuju kokpit, terdengar suara gemuruh mesin yang tak biasa. Namun mereka berdua tidak memperdulikan suara tersebut karena rasa takut yang berlebihan, saat Edward memberi keterangan kepada pusat. Muncul suara ledakan berulang kali dari sisi belakang pesawat, mereka mendengar dengan jelas dentuman tersebut. Peringatan akan adanya kebocoran tabung pelumas di mesin pendorong berbunyi keras, yang berarti pelumas tersebut telah masuk ke mesin pendorong pesawat yang seharusnya hanya berisi bahan bakar saja.

Edward dan Grissham memikirkan hal yang sama, yakni kenyataan bahwa mereka tidak akan selamat. Tidak ada mesin pendorong berarti tidak ada pergerakan pesawat, pengendali pusat tidak mungkin menyelamatkan mereka dengan pesawat purwarupa lainnya, karena Delta VI adalah satu-satunya yang diterbangkan untuk misi angkasa jarak jauh. Suara ledakan tersebut terus terdengar, mereka mengunci pintu kokpit rapat-rapat dengan harapan bahwa api tidak akan masuk ke dalam sana.

Pada akhirnya, generator oksigen tidak lagi dapat memproduksi lebih banyak udara bersih akibat kegagalan sistem yang luar biasa. Mereka berdua terus menerus memohon kepada pusat pengendali untuk menolong mereka, namun naas diperlukan waktu yang sama dengan waktu terbang mereka untuk menempuh jarak tersebut, yakni satu pekan perjalanan. Persediaan oksigen hanya bertahan hingga 2 jam kedepan, komunikasi antara para astronot dan pusat pengendali terus berlangsung dengan tergantinya ucapan-ucapan bertopik ilmu pengetahuan menjadi do'a dan kalimat motivasi pada mereka berdua. Sadar akan kematiannya yang sebentar lagi, Edward dan Grissham menitipkan salam dan kata-kata terakhir untuk keluarga dan kerabatnya di bumi. Setelah kurang lebih 3 jam komunikasi berjalan, tidak terdengar kembali suara Edward dan Grissham meskipun pusat pengendali memanggil nama mereka. 

Frank, yang saat itu tertidur di geladak personel tidak diketahui bagaimana nasib terakhirnya.